Monday, August 21, 2017

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku yang ditandai dengan gangguan pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas kontrol, dan perilaku yang hiperaktif. Pada umumnya, gangguan ini dijumpai pada anak sekolah dan sering ditemukan pada laki-laki. Sebelumnya, ada istilah ADD, yakni Attention Deficit Disorder yang berarti gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkannya hiperactivity penulisan istilah tersebut semakin beragam. Ada yang ditulis ADHD, AD-HD, ada pula yang menulis ADD/H. Namun demikian, penulisan istilah-istilah itu maksudnya adalah sama.

Istilah ADHD mungkin merupakan istilah baru, tetapi anak yang memperlihatkan perilaku overaktif dan tidak terkendali telah terjadi sejak lama. Pada tahun 1845 Heinrich Hoffman, seorang neurolog untuk pertama kalinya menulis mengenai perilaku yang kemudian dikenal dengan hiperaktif. Dalam literatur lain dijelaskan, ADHD pertama kali ditemukan pada tahun 1902 oleh seorang dokter Inggris, Profesor George F Still, dalam penelitiannya terhadap sekelompok anak yang menunjukkan suatu "ketidakmampuan abnormal untuk memusatkan perhatian, gelisah, dan resah". Ia menemukan bahwa anak-anak tersebut memiliki kekurangan yang serius dalam hal kemauan yang berasal dari bawaan biologis. Gangguan tersebut disebabkan oleh sesuatu di dalam diri si anak dan bukan karena faktor-faktor lingkungan.

ADHD memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang mencakup disfungsi otak. Jika terjadi pada seorang anak, keadaan tersebut dapat menyebabkan berbagai kesulitan belajar, kesulitan perilaku, dan kesulitan bersosialisasi. ADHD memang tidak selalu disertai gangguan hiperaktif. Karena itu, di Indonesia istilah ADHD lazimnya diterjemahkan menjadi gangguan pemusatan perhatian saja. Anak yang mengalami ADHD kerapkali tumpang tindih dengan kondisi-kondisi lainnya, seperti disleksia, dispraksia, gangguan menentang dan melawan (Oppositional Defiant Disorder/ODD).

Anak ADHD menunjukkan berbagai perilaku yang khas, misalnya anak tidak bisa duduk dalam waktu yang lama di dalam kelas, dia selalu bergerak, atau anak yang melamun, tidak dapat memusatkan perhatian kepada proses belajar dan cenderung tidak bertahan lama untuk menyelesaikan tugas, atau seorang anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain. Perilaku semacam itu pada umumnya muncul sebelum umur tujuh tahun.

ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis yang menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Keadaan itu tidak sejalan dengan perkembangan usia anak. ADHD merupakan suatu kondisi kegagalan perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang menghambat monitoring dan kontrol diri. ADHD bukan semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi selama ini. Hilangnya regulasi diri mengganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara perhatian. Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat dikelompokkan dalam dua kategori utama, yaitu kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan hiperaktif-impulsivitas.

Kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dapat muncul dalam perilaku berikut: (1) ketidakmampuan memperhatikan detil atau melakukan kecerobohan dalam mengerjakan tugas, bekerja, atau aktivitas lain; (2) kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain; (3) kadang-kadang terlihat tidak perhatian ketika berbicara dengan orang lain; (4) tidak mengikuti perintah dan kegagalan dalam menyelesaikan tugas; (5) kesulitan mengorganisasikan tugas dan aktivitas; (6) kadang-kadang menolak, tidak suka, atau enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan proses mental yang lama, misalnya tugas sekolah; (7) sering kehilangan barang miliknya, misalnya maninan, pensil, dan buku; (8) mudah terganggu stimulus dari luar; dan (9) sering lupa dengan aktivitas sehari-hari.

Sampai saat ini belum jelas faktor apa yang dapat menyebabkan munculnya ADHD. Meskipun demikian, banyak penelitian yang dilakukan dalam bidang neurologi dan ilmu genetika yang menunjukkan titik terang. Banyak peneliti mencurigai faktor genetik dan biologis sebagai penyebab ADHD. Disamping itu, ada juga faktor lingkungan anak. Studi terhadap gambar otak menunjukkan bagian otak anak-anak ADHD yang tidak berfungsi. Namun, diduga kondisi demikian berkaitan dengan mutasi beberapa gen. Selain faktor genetik, terdapat beberapa faktor yang memiliki kontribusi dalam munculnya ADHD, diantaranya kelahiran prematur, konsumsi alkohol dan tembakau (rokok) saat ibu hamil, terpapar timah dalam kadar tinggi, dan kerusakan otak sebelum lahir. Beberapa pihak lagi mengklaim bahwa zat aditif pada makanan, gula, ragi, dan pola asuh yang kering dapat memunculkan ADHD. Namun pendapat-pendapat tersebut kurang didukung fakta dan data yang akurat.

1 comment:

  1. Are there any center or school here in Malang that deals with ADHD?

    ReplyDelete