Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan (kebutuhan) dan potensinya secara maksimal. Meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, dan gangguan emosional. Anakanak berbakat dengan inteligensi tinggi, juga dapat dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus karena memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suran & Rizzo, 2009).
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, fisik dan neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal di atas, sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi atau kapasitasnya secara maksimal (Mangunsong, 2008).
Termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menurut direktorat PSLB (Dir. PSLB: 2008), antara lain: 1) Tunanetra; 2) Tunarungu; 3) Berkebutuhan khusus (Down Syndrome): ringan (IQ=50-70), sedang (IQ = 25-50), berat (IQ < 25); 4) Tunadaksa: Ringan, Sedang; 5) Tunalaras (Dysruptive); 6) Tunawicara; 7) Tunaganda; 8) HIV AIDS; 9) Gifted: Potensi Kecerdasan Istimewa (IQ > 125); 10) Talented: Potensi Bakat Istimewa (Multiple Intelligences: Language, Logico Mathematic, Visuospatial, BodilyKinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual); 11) Kesulitan Belajar (Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia, Dysgraphia, Dyscalculia, Dysphasia, Dyspraxia); 11) Kesulitan Belajar (Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia, Dysgraphia, Dyscalculia, Dysphasia, Dyspraxia); 12) Lambat Belajar (IQ=70-90); 13) Autis; 14) Korban Penyalahgunaan Narkoba; 15) Indigo. Kondisi ini disebabkan oleh faktor hereditas, infeksi, keracunan, trauma dan kekurangan gizi.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) termasuk anak yang memerlukan persyaratan pendidikan yang berbeda dari rata-rata anak normal, sehingga untuk belajar secara efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas dan materi khusus (Gearheart, 2008). Di Indonesia dalam praktiknya, kemudian lahirlah sekolah inklusi yang merupakan program pembelajaran yang didesain untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dengan keterbatasan di kelas pendidikan reguler (Lloyd, Singh, Repp, 1991 dalam Elliot, Kratochwill, Littlefield Cook, 2000).
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman holistik (fisik, psikis, sosial dan spiritual) dari orangtua, pendidik, ahli dan lingkungan terhadap anak berkebutuhan khusus. Jika tidak, keragaman anak berkebutuhan khusus akan menyulitkan banyak pihak, khususnya pendidik dalam upaya menemu kenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Karena itu, ketepatan anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, terapi (modifikasi perilaku) serta tindak lanjut sangat diperlukan.
Berikut daftar pusat terapi, rehabilitasi dan sekolah anak berkebutuhan khusus di Malang dan Surabaya:
1. Malang
Traning of Educational Development and Psychology "Psycho Care" Malang
Jl. Danau Toba Ruko C-11 Sawojajar-Malang
Phone: 081 334 650960; 081 333 219 637; 085 250 585 706
2. Kediri
Yayasan Mutiara Hati
Jl. Papar-Pare No. 168 Kediri, Ph. 0354-396432
3. Surabaya
a. Yayasan Kasih Bunda
Jl. Manyar Kutoarjo IV/1 Surabaya
Ph. 031-5946664
b. Yayasan Kasih Bunda
Jl. Wisma Permai Barat MM-31 Surabaya
Ph. 031-5501669
c. Dr. Sasanti Yuniar, Sp.KJ
Ketintang Permai BA 18 Wonokromo Surabaya
Ph. 031-8280114
d. Matahati
Ruko Permata II C73-75
Jl. HR Mohammad Surabaya
Ph. 031-7349834 Fax. 031-7349835
e. Yayasan Mutiara Hati
Jl. Medokan Asri Timur (RL) V-F No. 2-3 Surabaya
Ph. 031-8709787
0 comments:
Post a Comment